Maret 28, 2012

Maksimalkan ikhtiar.




Suatu ketika ada saudagar kaya, ia memiliki banyak harta dan satu istri yang solehah. Kemudian beberapa tahun ia sakit akhirnya sampailah pada puncak sakitnya. Saat itu istrinya kebingungan harus apa yang dilakukannya agar suaminya sembuh, karena kalau suaminya tidak sembuh berarti harus segera membuat wasiat untuk anak-anaknya. Dipanggilah seorang tabib yang soleh untuk mengobati saudagar ini, dengan usaha yang maksimal tabib tersebutpun belum bisa menyembuhkan saudagar kaya itu, entah mengapa. Kemudian datanglah kedua anaknya menghadap orang tuanya dengan penuh semangat, mereka mendo’akan ayahnya agar cepat sembuh. Karena saudagar tersebut hanya mempunyai dua orang anak, maka istrinya menyarankan kepada suaminya untuk segera membagikan warisan. Tidak lama setelah itu ayahnya menyetujui untuk memberikan warisan kepada kedua puteranya, yakni kekayaan atau perusahaan sebelah timur untuk anak yang bungsu dan perusahaan disebelah barat untuk anak yang paling sulung atau kakaknya. Pesan yang disampaikan oleh ayahnya hanya ada dua buah, yaitu : pertama, jangan pergi ke perusahaan dengan tubuh tersinari matahari, kedua jangan sampai menagih hutang kepada orang lain. Tak lama kemudian ternyata ayahnya meninggal dunia dan yakin telah membagi anaknya perusahaan yang adil dan penuh arahan. Maka mulailah anaknya mengurus perusahaan dengan pesan dari ayahnya tadi dan dengan cara yang tentunya berbeda.
Lama tak bersua, masing—masing anak menjalankan perusahaan dengan cara yang berbeda dan mengikuti petunjuk ayahnya. Petunjuk tersebut yaitu, jika pergi ke perusahaan jangan tersinari matahari dan jangan menagih hutang kepada orang berhutang. Ternyata ibu mereka kini rindu dan ingin mengetahui bagaimana kondisi anaknya saat ini. Berangkatlah ibu ke arah timur, yaitu perusahaan atau toko adik/ si bungsu, wah luar biasa si bungsu ini usahanya tidak berkembang malah hampir bangkrut. “kenapa nak?”, tanya si ibu...” aku menuruti pepatah ayah bu”, “yaitu jika pergi ke toko jangan tersinari matahari, maka aku pergi naik angkutan dan itu mengeluarkan biaya yang tidak kecil untuk ongkos angkutan”, “lalu ketika ayah berpesan jangan menagih hutang kepada orang yang berhutang, maka aku tidak menagih hutang itu...malah aku membiarkannya menunggu kesadaran yang berhutang, sehingga uangku hampir habis karena dihutangkan”. “Lama kelamaan banyak yang menghutang dan aku biarkan sehingga akhirnya jadi begini”. Ibu pun hanya berpesan, “bagus nak kamu menuruti ayahmu, namun perbaiki kembali agar tidak bangkrut”. Kini ibu pergi ke arah barat, yaitu perusahaan atau toko anak sulung/ si kakak. Ternyata sungguh luar biasa hasilnya, “apa yang dilakukanmu nak?”..., tanya ibu. ”ku hanya menjalankan perintah ayah saja sehingga usaha ku bisa menjadi maju seperti ini”. “Pertama pesan ayah, jangan pergi ke toko tersinari matahari, maka kami pergi ke toko subuh buta... pagi-pagi sekali kami sudah membuka toko dan melayani pelanggang, sehingga banyak uang yang disimpan untuk tabungan karena kami jalan kaki. Kemudian ketika ayah berpesan untuk jangan menagih hutang kepada yang berhutang, maka kami tidak menghutangkan di toko tersebut. Itulah bu sebabnya usaha kami maju dan berkembang”,kata si kakak. Kini ibu bisa membedakan si bungsu yang hampir bangkrut dengan si sulung yang maju dan berkembang, padahal awalnya sama. Dengan modal dan kekuatan yang sama mereka berusaha, namun cara yang berbeda sehingga hasilnya pun berbeda.
Dalam setiap usaha yang kita lakukan kita diwajibkan untuk memakai strategi yang berbeda dengan orang lain, baik dari barang, promosi dan lain sebagainya. Karena hal yang luar biasa adalah melakukan hal yang sama tetapi dengan cara yang tidak biasa dan berbeda dengan orang lain sehingga hasilnya pun berbeda.

Mari jadi yang berbeda dengan cara kita sendiri... 
Semoga bermanfaat, cerita dari kepala dinas kukm bandung.
Oleh Andri Gun gun, CHt

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Jejak Sahabat disini

My Great Web page